Sunday 31 July 2016 • 18:29 • 0 comments
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah salah satu bentuk
interaksi yang paling penting dan harus dilakukan oleh sesama manusia. Pada
dasarnya komunikasi tidak hanya dilakukan secara vertikal iaitu antara sesama
manusia, akan tetapi biasa dilakukan secara horizontal. Misalnya komunikasi
kita dengan Tuhan. Sebagai makhluk yang beragama kita pasti sering
berkomunikasi dengan Tuhan untuk mencurahkan segala ganjaran di dalam hati
ataupun untuk meminta sesuatu. Begitu pula komunikasi antara manusia. Tujuan
kita berkomunikasi adalah untuk menyampaikan apa yang ada di dalam fikiran kita
atau akan menyampaikan keluh kesah. Pada dasarnya ketika kita melakukan
komunikasi kita mengadakan tindakan dengan tujuan agar orang lain tau apa yang
ada dalam benak kita. Komunikasi adalah suatu tindakan yang sangat sering kita
lakukan. Hampir setiap saat kita melakukan proses komunikasi. Dalam komunikasi
ada dua pihak yang terkait iaitu komunikator dan komunikan. Komunikator adalah
seseorang yang berperan menyampaikan apa yang ada dalam pikiran, sedangkan
komunikan adalah pihak yang berperan mendengarkan.
Cuba bayangkan ketika di dalam dunia
ini tidak ada komunikasi, apakah kita tidak akan sangat tersiksa karena kita
tidak bisa menyampaikan apa yang kita ketahui dan apa yang kita inginkan.
Bayangkan sepi dan hampanya dunia ini. Begitu pula dalam dunia pendidikan,
komunikasi adalah salah satu faktor penentu kesuksesan sebuah proses
pendidikan. Bayangkan ketika seorang pengajar bisa mengendalikan kelasnya
dengan penguasaan komunikasi yang exceilent maka yang terjadi adalah
keberhasilan penyampaian ilmu dari komunikator dan komunikan.
Komunikasi sendiri ada macam-macam
bentuknya. Di dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai macam-macam bentuk
komunikasi yang bisa dilakukan.
1.0 Bentuk-Bentuk Komunikasi Menurut Islam
Lawrence
D. Brennan (dalam Effendy, 2005) mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran
idea antara pihak pentadbir dengan pekerja bawahan dalam sebuah organisasi
untuk mencapai objektif organisasi melalui bentuk horizontal dan vertikal yang
menyebabkan dapat berlangsungnya kerja dengan baik. Untuk tercapainya objektif
daripada komunikasi dalaman ini, ia tidak dapat berdiri sendiri, bahkan
disokong oleh beberapa bentuk komunikasi lain, iaitu komunikasi vertikal,
horizontal dan diagonal.
1.1 KOMUNIKASI VERTIKAL
Komunikasi vertikal
ialah komunikasi dari atas ke bawah (downward
communication) dan dari bawah ke atas (upward
communication) atau komunikasi daripada pimpinan kepada bawahan dan
daripada bawahan kepada pimpinan secara timbal balik (two way traffic communication). Dimensi vertikal terbahagi kepada
dua, iaitu ke bawah dan ke atas.
KOMUNIKASI
KE BAWAH
Membawa
informasi yang berhubungan dengan tugas pada seseorang yang melakukan tugas
tersebut. Ia juga membawa informasi tentang kebijakan dan prosedur, serta bisa
jadi digunakan untuk feedback yang bersifat motivasional pada karyawan. Komunikasi
kebawah terjadi jika manajer atau penyelia mengirimkan pesan kepada satu orang
bawahan atau lebih.
Komunikasi
kebawah seringkali berbentuk pemberian instruksi atau penjelasan bagaimana
seorang atasan menginginkan suatu tugas diselesaikan para atasan mengirimkan
informasi mengenai peraturan, kebijakan, dan standar minimum. Para atasan juga
memberikan informasi untuk menilai prestasi bawahan atau memotivasi seorang
bawahan. Komunikasi ke bawah menetapkan suatu organisasi bisnis. Apabila
sebagian besar dalam organisasi dalam bisnis berasal daripuncak (vertikal ke bawah) dan biasanya berupa
instruksi, gaya organisasi cenderung otokrasi. Apabila sebagian besar
komunikasi ke bawah bersifat mendukung dan memiliki unsur perhatian yang besar
terhadap bawahan, rangkasian sifat akan lebih bersifat mendukung. Komunikasi
seperti itu akan mendorong pembentukan kolaborasi antara pimpinan dan pegawai.
Lebih jauh lagi, komuniaksi akan mendorong rangkaian penuh komunikasi ke atas.
Jadual 1.0 menunjukkan
beberapa contoh saluran komunikasi dalam sesebuah organisasi/ syarikat.
Jadual
1.0 saluran komunikasi
KOMUNIKASI
KE ATAS
Merupakan suatu kondisi yang mungkin lebih
penting dari downward
communication. Saluran upward communication membawa data dari pelanggan mengenai
produksi barang dan pelayanan, dan segala kebutuhan yang diperlukan untuk
operasi organisasi dari hari ke hari.Keterangan ini dapat digunakan bila
orang-orang yang berada di level atas di suatu organisasi adalah orang-orang
yang memiliki keterampilan mendengar, mengumpulkan feedback dan dapat
dipercaya. Bila tidak ada komitmen untuk melakukan pendekatan-pendekatan seperti
ini maka akan terjadi ”culture
of silence” atau budaya diam dan atau ”culture of silos” yang mungkin berlaku, yang akan
membawa konsekuensi dampak yang serius untuk organisasi- dengan tanpa
peringatan awal untuk menanggulangi bencana, ini mungkin akan membawa krisis
yang besar. Dalam beberapa situasi, tidak ada berita merupakan berita yang
sangat buruk, dan berita buruk adalah tiada berita; staff pada level bawah akan
segan untuk memberikan berita buruk, yang mungkin vital bagi kehidupan
organisasi, bila tidak didengar, lebih parahnya dapat memancing kritik- sebuah
budaya ”shoot the messenger” .
Upward
communication dapat pula
menjadi sumber subur ide-ide baru dan penyelesaian masalah yang kreatif,
terutama karena orang-orang di bagian bawah hirarki dekat dengan
masalah-masalah spesifik dan dapat lebih waspada kepada solusi praktis daripada
orang-orang yang berada di puncak hirarki. Komunikasi keatas membawa
informasi dari tingkat bawah ke tingkat atas organisasi. Informasi itu mungkin
concern pada aktivitas lingkungan luar atau internal pada tingkat bawah
organisasi.
Para
pimpinan organisasi menerima feedback tentang efektifitas keputusan yang telah
diambilnya. Anggota tingkat bawah mempunyai kesempatan untuk menginformasikan
dan mengajukan keluhan, dan memberikan saran untuk pengembangan. Komunikasi keatas terjadi jika pesan
mengalir dari bawahan ke manajer atau atasan. Para pegawai harus melaporkan
kemajuan mereka dalam penyelesaian tugas-tugas; jika ada, tugas-tugas apa yang
menyebabkan masalah bagi mereka; saran-saran bagi peningkatan produk atau
peningkatan prosedur; dan yang terpenting adalah perasaan mereka mengenai
bagaiaman asegala sesuatu berjalan. Komunikasi keatas merupaakan hal yang
penting- para manajer memerlukan umpan balik yang akurat mengenai pesan-pesan
mereka apakah telah dipahami atau bagaimana keputusan-keputusan tersebut
diterima setelah masalah-masalah apa yang dikembangkan.
1.2 KOMUNIKASI HORIZONTAL
Komunikasi
horizontal ialah komunikasi secara mendatar yang dikenali juga sebagai
komunikasi lateral, iaitu komunikasi antara kelompok pekerja dalam satu
peringkat. Kebiasaannya, komunikasi ini berlangsung secara tidak formal dalam
kalangan mereka. Komunikasi horizontal lebih berkesan jika dibandingkan dengan
komunikasi vertikal sama ada secara ke bawah ataupun ke atas. Komunikasi
horizontal yang lebih baik dapat diwujudkan sekiranya tidak terhalang oleh
prosedur dan karenah birokrasi yang melampau dalam kalangan
kelompok/organisasi. Kebiasaan kes ini berlaku sesame rakan sekerja, satu
pasukan dan jabatan yang sama. Komunikasi horizontal diperlukan bagi
menjalinkan hubungan yang lebih baik bagi memperluas hubungan kerja sesame
mereka. Selain itu, pendekatan komunikasi ini dapat membantu menyelesaikan
masalah, merungkai permasalahan dan membuka peluang pekerjaan yang lebih luas
tanpa wujud hasad dengki, cemburu dan persaingan yang tidak sihat. Bahkan
komunikasi sebegini berupaya meningkatkan lingkungan komunikasi sebegini, pihak
majikan yang baik boleh memberikan inisiatif berbentuk penghargaan terhadap
mereka.
Fungsi
komunikasi horizontal ini adalah seperti berikut:
·
Memperbaiki penyelarasan tugas
·
Berusaha kea rah penyelesaian masalah
·
Menyebarkan maklumat
·
Menjalinkan hubungan melalui kolaborasi
1.3 KOMUNIKASI DIAGONAL
Komunikasi diagonal atau komunikasi silang (cross communication) adalah komunikasi antara pimpinan seksi dengan pegawai
seksi lain. Komunikasi ini merupakan
komunikasi yang memotong jalur vertikal dan horizontal. Sebagai contoh, anggota
staf junior dapat langsung pergi ke atasannya ,dan telefon, email atau
mengunjungi tekhnikal senior di area lain untuk mendapatkan informasi. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa dalam organisasi yang memiliki low performing, komunikasi diagonal digunakan oleh staf untuk mencari informasi dalam
permintaan pantas keberadaan prosedur kerja, ketika dalam orgainisasi high performing , komunikasi diagonal digunakan staf unutk menyelesaikan masalah kerja yang
sulit dan kompleks. Ketika komunikasi diagonal menjadi tanda fleksibilitas-
sebagai contoh, dalam organisasi organik- ini jelas sekai dapat menyebabkan
masalah bahkan lebih ekstrimnya lagi menyebabkan kerusuhan(chaos).
Keith Davis (1967)
menyatakan bahawa penerapan tiga prinsip bagi mengukuhkan peranan komunikasi
dengan mengetengahkan fungsi pekerja mahir yang ada melalui prisip-prinsip yang
berikut:
·
Pekerja mahir diberikan pelatihan
secara berterusan
·
Pekerja itu sendiri mengetahui
kedudukan dan posisi jawatan mereka
· Pengurus
atau pentadbir hendaklah memanfaatkan kepakaran pekerja mahir itu
Rajah
1.1 saluran komunikasi vertikal, horizontal dan diagonal
2.0
Jenis Komunikasi Menurut Islam
2.1 Komunikasi
Intrapersonal (Al-Ghasyiyah 88:17-20)
RENUNGKANLAH
Setelah kita dibawa mengingat keadaan hari akhirat
yang pasti akan kita tempuh itu, baik siksaan neraka yang ngeri, atau nikmat
syurga karena amal, kita dibawa kembali ke dalam hidup yang kita hadapi
sekarang. Oleh karena yang terlebih dahulu mendapat seruan Ilahi ini ialah
bangsa Arab, disuruhlah mereka memperhatikan alam yang ada di sekeliling
mereka. Yang paling dekat dari hidup mereka waktu itu ialah unta.
Maka datanglah ayat: “Apakah mereka tidak memandang kepada unta, bagaimana dia
telah dijadikan.” (ayat 17).
Unta adalah binatang yang paling dekat kepada hidup
orang Arab dari zaman ke zaman, sejak tanah itu didiami manusia. Itulah
binatang serba-guna. Binatang pengangkut dalam perjalanan yang
jauh. Binatang peluku sawah ataupun penimba air dari sumur yang dalam. Binatang
yang juga jadi makanan mereka. Bulunya pun dapat dicukur untuk dijadikan benang
pakaian. Dagingnya bisa dimakan, susunya bisa diperas dan diminum.
Badan binatang itu besar, kekuatannya luar biasa
dan tahan menempuh panas terik di padang pasir luas itu. Tahan lapar dan tahan
haus. Di samping itu makanannya pun tidak sukar. Rumput-rumput padang pasir
yang tidak akan dapat dimakan binatang lain, bagi unta itulah makanannya biasa,
walaupun berduri.
Dan sangat patuhnya kepada manusia; disuruh
berhenti, dia berhenti. Disuruh duduk dia duduk, disuruh berdiri dia pun tegak.
Kadang-kadang bertambah malam hari, bertambag gontai dan tetap dia berjalan,
mengangguk-angguk dengan tenangnya dalam perjalanan jauh di padang pasir itu.
Kadang-kadang mereka berjalan berkalifah dari
Selatan ke Utara, dari Yaman menuju Syam, melalui Hejaz, ataupun Nejd. Di waktu
malam yang jadi pedoman ialah bintang di langit. Karena langit di suasana
padang pasir itu jarang sekali diliputi awan di waktu malam. Maka janganlah
mereka tersesat menuju negeri jauh di bawah naungan bintang-bintang itu. Lalu
datanglah ayat seterusnya:
“Dan
kepada langit, bagaimana dia telah diangkatkan.” (ayat 18). Atau ditinggikan ke
atas.
Dalam mengiringkan atau mengendarai unta sambil
berjalan malam itu, selalulah mereka ditudungi langit. Dan terasalah hubungan
diri mereka dengan langit yang tinggi itu, sebab ada bintangnya. Umpama
bintang-bintang itu tidak menghiasi langit, niscaya sesatlah jalan mereka.
(Lihat Surat 16, An-Nahl: 16, Juzu’ 14). Maka setelah memandang langit dan
bintang-bintangnya itu disuruhlah pula memperhatikan bagaimana langit itu
diangkatkan ke atas, dihiasi indah. Sebagai unta tadi pula, siapa yang
mengangkatkan itu.
“Dan
kepada gunung-gunung, bagaimana dia telah dipancangkan.” (ayat 19).
Biasa perjalanan kafilah dilakukan malam hari dan
berhenti kelak pagi hari sepenggalah matahari naik, sebelum terik panas.
Biasanya berlindunglah mereka ke kaki gunung-gunung batu terjal yang keras,
terjadi dari batu granit itu. Di sana mereka berhenti menunggu matahari condong
ke Barat dan panas mulai menurun. Dapatlah dikatakan kalau tidaklah ada
gunung-gunung tempat berlindung kepanasan itu, yang kadang-kadang mempunyai
gua-gua tempat berteduh, akan sengsaralah mereka kena tekanan cahaya matahari.
Maka disuruh pulalah mereka memandang kembali, bagaimana gunung itu dijadikan
pancang atau pasak dari bumi ini. Alangkah hebat dan dahsyatnya muka bumi ini
disapu angin, jika tidak ada gunung menjadi pancang penyanggah deru angin.
“Dan
kepada bumi, bagaimana dia telah dihamparkan.” (ayat 20).
Dan perjalanan itu dilakukan di muka bumi, beratap
langit, berpasak gunung berkendaraan dan alat pengangkutan unta. Semuanya
terjadi di muka bumi. Maka dengan sendirinya, sebagai renungan terakhir bumi
itu untuk kita anak manusia ini hidup.
Disuruh memandang, atau merenungkan. Bukan
semata-mata melihat dengan mata, melainkan membawa apa yang terlihat oleh mata
ke dalam alam fikiran dan difikirkan; itulah yang disebut memandang.
Maka berkatalah Zamakhsyari dalam tafsirnya: “Arti
ayat-ayat menyuruh memandang ini, ialah supaya mereka saksikan demikian besar
qudrat iradat khaliq pencipta alam ini, yang manusia hanya tinggal memakainya
saja.
Kalau semuanya ini sudah dipandang dan
direnungkannya, niscaya tidak lagi dia akan mengingkari kekuasaan Allah untuk
membangkitkan kembali manusia pada hari nanti, yang dinamai Hari Kiamat.
Orang yang baru mencapai seujung kuku ilmu, dan
terlalu banyak ditimbulkan keraguan dan kehilangan iman dalam dadanya karena
pengaruh kaum Orientalis dan zending dan missi Kristen, pernah mengambil ayat
ini jadi bukti bahwa Al-Qur’an itu diturunkan hanya buat orang Arab, sebab di
dalamnya tersebut unta. Dan menyangka dengan mengemukakan demikian, mereka
telah mengemukakan suatu “ilmiah”.
Sedang ayat Al-Qur’an yang menyebut unta (al-ibl)
itu dalam Al-Qur’an hanya dua kali. Yaitu ayat 17 Surat
Al-Ghasyiyah ini dan Surat Al-An’am ayat 144. Dan “Jamaal” (unta) dua kali
pula, (An-Nahl; 6 dan Al-A’raf; 39). Dan tidak mereka hendak memperhatikan
bahwa laba-laba membuat sarang, lebah membuat madu, keledai memikul beban,
nyamuk yang paling kecil, lalat yang kecil pula, dibuat juga misalnya dalam
Al-Qur’an.
Padahal bukan kitab suci Al-Qur’an saja yang
demikian halnya, yaitu menurut bahasa yang mulai didatangi. Taurat dan Injil
pun begitu pula. Sehingga khabarnya konon, ketika membuat terjemahan Bible ke
bahasa Eskimo, payah mencari terjemahan unta, karena binatang yang ada di sana
hanyalah lama, yang tidak ada di bahagian dunia yang lain.
Pandanglah ini semua, perhatikanlah. Agar kian lama
akan kian dekatlah kamu kepada Allah dan bertambah dalamlah iman tumbuh dalam
hatimu.
Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi Intrapersonal, secara harfiah dapat diartikan sebagai komunikasi dengan diri sendiri. Hal ini menyangkut proses disaat diri (self) menerima stimulus dari lingkungan untuk kemudian melakukan proses internalisasi. Hal ini sering dijelaskan dengan proses ketika seseorang melakukan proses persepsi, iaitu proses ketika seseorang mengintrepretasikan dan memberikan makna pada stimulus atau objek yang diterima pancainderanya. Adapun fungsi dari komunikasi intrapersonal adalah : a. Untuk mengembangkan kreativiti imaginasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan. b. Komunikasi ini akan membantu seseorang / individu agar tetap sedar akan kejadian sekitarnya
Komunikasi Dengan Allah
Komunikasi dengan Allah merupakan komunikasi yang
paling tinggi darjat dan yang paling mulia dalam amalan manusia. Komunikasi
tersebut dilakukan dalam bentuk vertikal dan secara terus menerus. Komunikasi
ini dilakukan bertujuan mendekatkan diri dengan Allah SWT, memohon petunjuk,
menyatakan sesuatu atau mengadu tentang masalah kehidupan yang dihadapi,
berterima kasih atau bersyukur, menyerah diri, memohon perlindungan, menyembah
dan lain-lain.
Allah
berfirman di dalam surah al-Ghafir :
Dan Tuhan kamu berfirman: "Berdoalah kamu kepadaKu nescaya
Aku perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong
takbur daripada beribadat dan berdoa kepadaKu, akan masuk neraka Jahannam dalam
keadaan hina. (surah al-Ghafir 40:60)
Komunikasi Dengan Diri
Sendiri
Komunikasi dengan diri sendiri dapat
dilakukan melalui percakapan dengan diri sendiri seperti melalui proses
berfikir, menghisab diri atau bermuhasabah diri sendiri tentang amalan yang
telah kita lakukan seperti ibadah-ibadah harian, proses mengenal diri dan
lain-lain. Komunikasi dengan diri sendiri sangat dituntut oleh agama agar kita
selalu berhati-hati dalam tindak-tanduk dan menilai prestasi diri supaya kita
dapat memperbaiki amalan kita untuk menjadi individu yang lebih baik.
2.2
Komunikasi Interpersonal
(Al-Qalam 68:17-32)
Komunikasi interpersonal adalah berasaskan
nilai-nilai keagamaan yang bersumberkan al-Quran dan sunah. Hal ini kerana,
kedua-dua rujukan tersebut merupakan sumber autentik bagi setiap penganut agama
Islam sama ada dalam pelaksanaan ibadah khusus mahupun ibadah umum. Begitu juga
hal yang berkaitan dengan kaedah, mesej, objektif dan media hendaklah
berpandukan dua sumber utama tersebut. Amalan komunikasi ini dikira ibadah bagi
umat Islam. Ia juga merupakan pendekatan asas dalam penyampaian mesej dakwah
yang dilakukan oleh para nabi dan rasul yang terdahulu. Kebiasaannya,
komunikasi ini berupa dialog dan percakapan. Contoh seperti yang terdapat dalam
surah al-Qalam yang bermaksud :
68-17:
Sesungguhnya Kami (Allah) telah menguji mereka sebagaimana Kami (Allah) telah
menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahawa mereka akan
memetiknya di pagihari.
68-18: Dan mereka tidak (mahu) menyisihkan (untuk orang miskin). 68-19: Maka meliputi malapetaka daripada Rab (Tuhan) mereka ketika mereka sedang tidur. 68-20: Maka jadilah ia seperti sudah dipotong. 68-21: Lalu mereka panggil memanggil di pagi hari. 68-22: "Pergilah di waktu pagi ke kebun kamu jika kamu hendak memetiknya.” 68-23: Maka pergilah mereka sambil berbisik-bisikan. 68-24: "Bahawa janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalamnya (kebun kamu) pada hari ini.” 68-25: Dan berangkatlah mereka di pagi hari (dengan niat) menghalangi (orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya).
68-26:
Maka tatkala mereka melihatnya, mereka berkata: "Sesungguhnya kita
benar-benar orang yang sesat.”
68-27: “Bahkan kita adalah orang dihalangi (daripada hasilnya)." 68-28: Berkatalah seorang yang baik fikirannya antara mereka: "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih?" 68-29: Mereka mengucapkan: "Subhana Rabbina (Maha Suci Tuhan kami)! Sesungguhnya kami adalah orang yang zalim.” 68-30: Lalu sebahagian mereka menghadapi sebahagian yang lain, saling menyalahkan. 68-31: Mereka berkata: "Aduhai celakalah kita! Sesungguhnya kita ini adalah orang yang melampaui batas.” 68-32: “Mudah-mudahan Rab (Tuhan) kita memberikan ganti kepada kita dengan yang lebih baik daripada itu. Sesungguhnya kita, kepada Rab (Tuhan) kita mengharapkan.”
(surah
al-Qalam 68:17-32)
Contoh komunikasi interpersonal ialah komunikasi
sesame manusia berlaku dalam bentuk yang luas mencukupi berbagai-bagai aktiviti
dalam kehidupan seperti komunikasi dalam pendidikan, keluarga, pekerjaan,
perniagaan, dakwah dan komunikasi yang lain juga. Komunikasi ini boleh
dilakukan dengan cara daripada individu dengan individu, individu dengan
kumpulan dan kumpulan dengan kumpulan. Komunikasi tersebut boleh dilakukan
secara langsung dan juga tidak langsung.
2.3 Komunikasi Kelompok (Al-Mulk
67:8-10)
Bentuk
komunikasi kumpulan dapat dilihat dalam al-Quran berdasarkan tiga sumber yang
berikut:
·
Komunikasi kumpulan kepada kumpulan
yang terdapat pada surah al-Mulk ayat 8-10 ialah komunikasi kelompok, iaitu
komunikasi antara para penjaga neraka dengan orang-orang yang dimasukkan ke
dalamnya.
Hampir-hampir ia pecah berkecai-kecai kerana kuat marahnya.
Tiap-tiap kali dicampakkan ke dalamnya sekumpulan besar (dari orang kafir),
bertanyalah penjaga-penjaga neraka itu kepada mereka: "Tidakkah kamu
pernah didatangi seorang Rasul pemberi ingatan dan amaran (di dunia
dahulu)?"
Mereka menjawab: "Ada! Sebenarnya telah datang kepada kami
seorang Rasul pemberi ingatan dan amaran, lalu kami dustakan serta kami katakan
(kepadanya): Allah tidak menurunkan sesuatupun, kamu (wahai orang yang mendakwa
menjadi Rasul) hanyalah berada dalam kesesatan yang besar! "
Dan mereka berkata: "Kalaulah kami dahulu mendengar dan
memahami (sebagai orang yang mencari kebenaran), tentulah kami tidak termasuk
dalam kalangan ahli neraka".
·
Komunikasi individu kepada kumpulan
ialah komunikasi kelompok, iaitu komunikasi/ seruan Nabi Nuh a.s. kepada kaumnya
untuk menyembah Allah SWT dan mengikuti seruannya (Surah Nuh 71:1-3)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat
1-3: Pengutusan Nabi Nuh ‘alaihis salam kepada kaumnya dan pembebanan kepadanya
untuk menyampaikan dakwah.
إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى
قَوْمِهِ أَنْ أَنْذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
(١) قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ (٢) أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ
وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ (٣)
Terjemah
Surat Nuh Ayat 1-3
1. [1]Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh
kepada kaumnya (dengan perintah), "Berilah kaummu peringatan sebelum
datang kepadanya azab yang pedih[2],"
2. Dia (Nuh) berkata, "Wahai
kaumku! Sesungguhnya aku ini seorang pemberi peringatan yang menjelaskan kepada
kamu[3],
3. (yaitu) sembahlah olehmu Allah[4], bertakwalah kepada-Nya dan taatlah
kepadaku,
·
Komunikasi
kumpulan interpersonal kepada individu adalah antara orang kafir dengan Nabi
Muhammad SAW (Surah al-Nazi’at 79:42)
Mereka
(yang ingkar) selalu bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang hari kiamat:
"Bilakah masa datangnya?"
Rajah 1.2 jenis-jenis komunikasi kelompok
2.4
Komunikasi Antara Budaya
Komunikasi antara budaya dalam al-Quran biasanya
terdapat pada kisah-kisah para nabi yang terjadi perbezaan budaya antara orang
yang beriman dengan orang kafir. Sebagai contoh, kisah yang terdapat dalam
juzuk 29 dan juzuk 30. Antaranya ialah kisah Nabi Nuh a.s., Nabi Musa a.s. dan
Nabi Soleh a.s. iaitu:
a. Kisah Nabi Nuh a.s. terdapat dalam surah Nuh
71:8-10
Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka
(kepada iman) dengan cara terang-terangan (8), kemudian sesungguhnya aku
(menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam (9), maka
aku katakana kepada mereka: ‘mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun’. (10)
Dalam ilmu komunikasi, ia juga dikenali sebagai
komunikasi transendental
b. Kisah Nabi Musa a.s. terdapat dalam Surah al-Nazi’at
79:18-24
Dan katakanlah (kepada firaun): “adakah keiginan
bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)”. (18) dan kamu akan kupimpin
ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?” (19) lalu Musa
memperlihatkan kepadanya mu’jizat yang besar. (20) tetapi Fir’aun mendustakan
dan mendurhakai. (21) kemudian dia berpaling seraya berusaha menentang (Musa).
(22) maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil
kaumnya. (23) (seraya) berkata: “akulah tuhanmu yang paling tinggi”. (24)
c. Kisah Nabi Soleh a.s. terdapat dalam Surah al-Shams
91:13-14
Lalu Rasul Allah SWT (Soleh a.s)
berkata kepada mereka: (“biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya”.(13)
lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka
membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka
(dengan tanah)(14)
Secara ringkasnya, dalam
mempraktikkan komunikasi yang pelbagai mengikut keadaan di atas, al-Quran dan
hadis menggariskan kaifiyat atau cara sebagai panduan agar komunikasi dapat
berjalan dengan baik dan efektif. Sebagai contoh, etika, prinsip dan kaedah
yang digunakan kaum Muslim dalam melakukan komunikasi sama ada dalam komunikasi
intrapersonal atau interpersonal, pergaulan sehari-hari, berdakwah secara lisan
dan tulisan, mahupun dalam aktiviti lain. Dalam kajian berkaitan cara
komunikasi Islam, kita dapat menemukan sekurang-kurangnya enam jenis gaya
pembicaraan (qaulan) yang
dikategorikan sebagai kaedah, prinsip atau etika komunikasi lisan.
·
Qaulan Sadida
(perkataan yang betul)
Dan hendaklah takut (kepada Allah daripada
melakukan aniaya kepada anak-anak yatim) oleh orang-orang (yang menjadi
penjaganya), yang jika ditakdirkan mereka pula meninggalkan anak-anak yang daif
(yatim) di belakang mereka, (tentulah) mereka akan merasa bimbang terhadap
(masa depan dan keselamatan) anak-anak mereka; oleh itu hendaklah mereka
bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka mengatakan perkataan yang betul
(menepati kebenaran).
(surah
al-Nisa’4:9)
·
Qaulan Baligha, (kata-kata yang boleh memberikan kesan)
Mereka itulah orang-orang yang diketahui oleh Allah akan apa
yang ada dalam hati mereka, oleh itu berpalinglah engkau daripada mereka, dan
nasihatilah mereka, serta katakanlah kepada mereka kata-kata yang boleh memberi
kesan pada hati mereka.
(surah
al-Nisa’4:63)
·
Qaulan Ma’rufa (kata-kata yang baik)
Dan janganlah kamu berikan (serahkan) kepada orang-orang yang
belum sempurna akalnya akan harta (mereka yang ada dalam jagaan) kamu, (harta)
yang Allah telah menjadikannya untuk kamu semua sebagai asas pembangunan
kehidupan kamu; dan berilah mereka belanja dan pakaian dari pendapatan hartanya
(yang kamu niagakan), dan juga berkatalah kepada mereka dengan kata-kata yang
baik.
(surah
al-Nisa’4:5
·
Qaulan karima (perkataan yang mulia)
Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah
melainkan kepadaNya semata-mata, dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu
bapa. Jika salah seorang dari keduanya, atau kedua-duanya sekali, sampai kepada
umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada
mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun perkataan "Ha", dan
janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka
perkataan yang mulia (yang bersopan santun).
(surah
al-Isra’ 17:23)
·
Qaulan layinan (kata-kata yang lemah-lembut)
"Kemudian hendaklah kamu berkata kepadanya, dengan
kata-kata yang lemah-lembut, semoga ia beringat atau takut".
(surah
Taha 20:44)
·
Qaulan Maisura (kata-kata yang menyenangkan hati)
Dan jika engkau terpaksa berpaling tidak melayani mereka, kerana
menunggu rezeki dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada
mereka kata-kata yang menyenangkan hati.
(surah
al-Isra’ 17:28)
KESIMPULAN
Menurut
kamus Dewan Bahasa dan Pustaka Edisi ketiga, komunikasi ialah perhubungansecara
langsung atau dengan perantaraan surat, radio, telefon dan lain-lain.
Komunikasi yang baik sangat penting bagi sesebuah perhubungan. Tanpa komunikasi
yang baik, sesuatu hubungantidak akan berkekalan. Setiap manusia memerlukan
komunikasi kerana manusia tidak dapathidup keseorangan. Hal ini kerana manusia
diciptakan berpasangan oleh Allah S.W.T. MenurutShannon dan Weaver, 1948
komunikasi ialah satu minda mempengaruhi minda lain melaluitulisan, muzik,
seni, lukisan, teater, tarian dan semua pertuturan manusia. Manakala
menurutSillars, 1988 komunikasi ialah penghantaran, penerimaan atau pertukaran
maklumat, pendapatdan tulisan, percakapan atau imej, visual atau lain-lain
dengan difahami oleh setiap yang terlibat.Komunikasi dan kemahiran mendengar
saling berkaitan diantara satu sama lain. Untuk
berkomunikasi dengan baik, kita perlu menjadi pendengar yang baik.
Cara
untuk menjadi pendengar yang baik ialah ialah berhenti bercakap untuk mendengar
apa yang ingin diperkatakanoleh kawan kita, elakkan diri dari mengganggu dan
menyampuk, beri tumpuan yang secukupnya,memahami maksud yang sebenar,
mengajukan soalan, pernyataan dan kemusykilan jika perludan memberikan maklum balas
kepada orang yang menyanpaikan maklumat. Di antara ciri-cirikomunikasi yang
baik ialah jelas dan khusus, hormat menghormati diantara pemberi dan penerima,
tidak bercakap serentak, mendengar dengan aktif, memberi sepenuh tumpuan dan
jangan membuat kesimpulan sendiri.
Komunikasi berlaku atas dasar bagaimana
maklumatdisampaikan iaitu cara melafazkan maklumat, nada suara, penggunaan
tatabahasa ayat, frasa danrangkai kata, bahasa tanpa lisan, ekspresi wajah,
kontak mata, gerak kepala, tangan dan kaki danyang terakhir ialah posisi tubuh.
Kesemua ini mempengaruhi cara penyampaian, kefahaman, penerimaan dan
menginterpretasi maklumat.Komunikasi akan menjadi tidak sempurna sekiranya
terdapat halangan-halangan dalam berkomunikasi iaitu seorang yang pemarah, orang
yang kurang sopan, orang yang pendiam tetapimenyimpan kemarahannya, orang yang
sentiasa mendesak, orang yang sentiasa mengkritik,orang yang bermulut murai,
orang yang suka berbalah dan yang terakhir ialah orang yang enggan mendengar
apa yang ingin disampaikan.
Oleh
itu, secara kesimpulannya, proses komunikasi mempengaruhi minda, perasaan dan
tingkah laku seseorang, kepentingan kemahiran adalah penting untuk mewujudkan
komunikasi yang baik, cuba mengenalpasti punca, halangan atau breakdown dalam
komunikasi untuk melahirkan komunikasi yang baik.
RUJUKAN
·
Komunikasi
dan penyiaran dalam islam,siri politeknik,oxford fajar, Marzuki Sepiaail, Rina
Fakhizan Mohd Sukri, Alias Mat Saad
|
Welcome to my blog . Please navigate around happily. And follow me if you like to ;> Please be nice here Template By: LSA Base code: LSA Owner: MISS LAMIKAZIE |